Ulat kecil


Alkisah ada seekor ulat kecil yang berjalan di tengah hutan dengan menangis sedih, sebatang pohon besar melihatnya dengan rasa iba dan kasihan sembari bertanya pada ulat kecil tersebut.
 “ada apakah gerangan wahai ulat kecil?”Tanya Sang pohon.
“hiks…hiks…hiks…!!! Aku sedih sekali Pak pohon.”jawab ulat kecil singkat sembari sesenggukan karena menangis.
“ada apa, mungkinkah diriku ini bisa membantumu?”Tanya lagi sang pohon.


“begini Pak pohon, sejak aku sakit dan tiada dapat memanjat pohon. Aku hanya bisa mencari daun hijau di jalanan hutan yang mungkin sisa dijatuhkan oleh burung atau sisa gigitan hewan lain.”jelas si ulat kecil.
“emmm…!!”nada pohon mendengar si ulat kecil bercurhat padanya.
“hingga menjelang siang inipun aku tiada dapat menemukan daun hijau di jalanan hutan, sedangkan aku begitu lapar Pak pohon.”sambung lagi si ulat kecil.
“usahlah kau berlara hati ulat kecil yang imut, ini kujatuhkan daun hijau yang masih muda untuk engkau makan.”jawab Sang pohon sembari menggetarkan satu rantingnya untuk menjatuhkan beberapa lembar daun hijaunya.
4 hingga 6 lembar daun hijau kecil jatuh di hadapan si ulat kecil, dan ia langsung memakan dengan lahapnya, sesekali ia menoleh keatas tersenyum pada Sang pohon besar.

“terima kasih banyak Pak pohon, semoga engkau mendapatkan pahala mengalir dari Allah karena beberapa lembar daun yang kau berikan cukup untuk nutrisi dan giziku agar cepat sembuh dan bisa memanjat pohon sendiri.”

Setelah itu si ulat kecil berlalu dan pamitan dengan balasan senyuman kecil pada Pak pohon, sedangkan Pak pohon senang luar biasa bisa membantu dan sekaligus mendapatkan doa dari si ulat kecil.


Kawan, dari kisah diatas bisa kita petik hikmahnya, betapa menolong orang lain sungguh menyenangkan dan luar biasa bagi kita dan sang penerima manfaat. Pohon besar yang jelas mempunyai ribuan dedaunan memberikan hanya 4 hingga 6 lembar daun hijau untuk si ulat kecil agar bisa menjadi tenaga dan kesehatannya untuk mandiri agar bisa berikhtiar memanjat pohon sendiri lagi.

Kita semua mengetahui dengan pasti dan jelas tentang kewajiban berzakat di Alquran karim yang hanya 2,5 % saja dari harta kita yang telah mencapai nishab. Semisal nishab zakat profesi yang dimana jika kita mempunyai penghasilan setara minimal 653 kg beras, kita hanya diwajibkan mengeluarkan 2,5 % dari penghasilan kita.

Contoh lain, zakat harta simpanan yang telah mencapai haul (1 tahun) dan setara dengan 85 gram emas (asumsi 1 gram emas: 350 ribu X 85 gram = Rp. 29.750.000,00) wajib kita keluarkan zakatnya sebesar hanya 2,5 % dari harta simpanan kita.

Maka, layaknya Pohon besar diatas yang mempunyai ribuan dedaunan menjatuhkan beberapa lembar daun hijaunya untuk si ulat kecil, masih banyak cadangan daunnya yang berjumlah ribuan. Begitupun kita yang berpenghasilan diatas setara 653 Kg beras, mempunyai tabungan/harta simpanan yang melebihi setara 85 gram emas, jika kita keluarkan kewajiban akan zakat dari harta kita, masih banyaklah cadangan harta untuk kebutuhan selanjutnya dibandingkan dengan zakat yang dikeluarkan hanyalah 2,5 % dari harta kita.

Belum lagi jika kita mempunyai asset lain, seperti usaha, investasi tanah, sawah, dan lain sebagainya yang bernilai ratusan juta bahkan milyaran rupiah, masih tiada sebanding dengan kewajiban zakat investasi/zakat perdagangan yang kita keluarkan hanya 2,5 % saja.
Apakah kita masih merasa sayang atau berat untuk mengeluarkan hanya 2,5 % saja…??? Sedangkan hal itu untuk kebahagiaan dan kemandirian Sang mustahik (penerima manfaat) agar nantinya mereka juga menjadi Muzakki.
Seperti halnya si ulat kecil yang berkomitment untuk sehat karena nutrisi dan gizi daun pemberian Sang pohon agar tiada sakit lagi untuk mandiri dapat memanjat pohon lagi.

Mari bersama kita tiada sayang untuk menyisihkan 2,5 % dari harta kita yang telah mencapai nishab zakat sebagai bentuk cinta kita pada Allah dan ummat penerima manfaat.
wallahu a'lam

Komentar